Wednesday, March 30, 2016

Mental Bos!

Orang Indonesia, kalo menurut gw, sebagian besarnya bermental bos, tinggi hati dan merasa harus dilayani, bahkan untuk hal terkecil sekalipun. Ini jelas tergambar dari sesuatu yang bersifat materiil.

Pernah ga kalian perhatiin, untuk sesuatu yang mereka bayar, hampir selalu mereka bertindak seenaknya dan kebalikannya untuk sesuatu yang gratis. Contoh?

Gampang.

Naik bis kota (bayar) vs naik bis city tour (gratis).

Untuk naik bis kota yang bayar, karena merasa bayar, mereka merasa berhak naik dan turun di tempat yang tidak semestinya, mau naik kopaja/metromini, bos-bos ini hampir selalu naik dan turun di sembarang tempat, bukan di halte, tempat peruntukannya. Kenapa? karena mereka merasa sudah membayar, jadi hak mereka untuk dilayani, masa bodo masalah tertib aturan atau tidak, gw udah bayar kok! Bos.

Nah, sekarang coba bandingkan dengan transportasi yang gratis, bis city tour Jakarta yang hanya bisa dinaiki di halte-halte tertentu, mereka berbaris rapih di halte-halte yang sudah ditentukan, naik tertib, turun tertib, di halte-halte yang telah ditentukan pula. Kenapa mereka tertib? Karena untuk mendapatkan fasilitas tersebut, mereka ga bayar, jadi merasa ga punya hak untuk bertindak seenaknya, kembali kepada khitahnya. Proletar.

Apa iya sebegitu susahnya untuk tertib untuk sesuatu yang berbayar? Bos?


Best,
Wira


Tuesday, March 8, 2016

Odor.

Familiar sama kata "Odor"?

Maybe not.

But what if I said "Deodorant"?

Betul, itu kata dasarnya. Odor. Bau.

Hahaha.

Buat gw, gw lebih tersinggung kalo orang lain bilang gw bau, daripada gw (unfortunaely not) jelek. Hahahaha. Tau kenapa? Here is the thing, kalo yang berkaitan sama fisik, itu given, ladies and gentlemen. There's nothing we can do about it, well, besides plastic surgery, which is not common for us here in Indonesia compare to Koreans. Ga ada yg bisa kita lakukan, orang udah takdirnya begitu? either it's curse or blessing, all we have to do is accept it anyway.

TAPI, kalo bau badan, kita bisa melakukan segala cara untuk menghilangkannya, dari yang paling mudah, pake deodorant/parfum/body spray whatever, sampai ke yang paling complicated, mengubah pola makan/hidup. Kenapa gw lebih tersinggung kalo dibilang bau, karena there's so much things that we can do to improve the body odor and we choose not to do it, sama aja artinya kaya kita ga bisa ngurus diri sendiri. Well, it's definitely your fault. Blame yourself.

Best,
Wira