A
Journey to be Young on Top
Sebelum mengutarakan visi dan misi pribadi untuk 5-10
tahun mendatang, saya perlu menceritakan terlebih dahulu sekelumit perjalanan
hidup saya hingga akhirnya saya berada pada titik ini. Kembali ke tahun 2004.
Pada waktu itu, saya baru saja lulus dari SMAN 5 Bandung dan sedang menaruh
minat cukup besar pada ilmu komunikasi. Maka, saya pun memutuskan ikut Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dengan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Padjadjaran (Fikom Unpad) sebagai pilihan program studi saya.
Namun, karena tingkat persaingan di kampus tersebut
sangat ketat, saya gagal. Orangtua saya kemudian mengarahkan saya untuk
berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan (FE Unpar). Meskipun
berat, karena hati ini masih terpaut dengan Fikom Unpad, saya tetap memutuskan
untuk menyandang status mahasiswa ekonomi di kampus swasta tersebut.
Memasuki tahun kedua di FE Unpar, keinginan lama untuk
berkuliah di Fikom Unpad muncul kembali. Saya pun memutuskan ikut SPMB sekali lagi.
Pada kesempatan kedua tersebut, saya datang dengan tekad yang lebih kuat dan
persiapan yang lebih baik. Berkat usaha yang keras dan pertolongan Yang Maha
Kuasa, akhirnya saya lulus seleksi!
Sayangnya, kabar baik tersebut tidak membuat orangtua
saya ikut bergembira. Mereka tidak setuju dengan rencana saya untuk pindah ke
Fikom Unpad, untuk mengulang perkuliahan dari awal. Apalagi saya sudah menyelesaikan
tahun kedua di FE Unpar. Dengan demikian berarti saya telah menyia-nyiakan dua
tahun hidup saya.
Pada saat itu, saya juga sadar betul bahwa saya sedang
mengambil risiko besar. Bila mengulang perkuliahan dari awal, maka saya akan
tertinggal dua tahun dibandingkan dengan rekan seangkatan saya, waktu studi
akan semakin lama, dan pencapaian karir akan terlambat.
Akan tetapi, keputusan saya sudah bulat. Saya pun
berusaha untuk meyakinkan orangtua saya bahwa keputusan pindah ke Fikom Unpad
adalah keputusan terbaik. Saya berjanji kepada mereka bahwa saya akan lulus cumlaude. Beruntung pada akhirnya mereka
memberikan izin. Jadilah saya berkuliah di kampus yang saya idam-idamkan.
Saya berupaya memberikan yang terbaik termasuk dengan
melakukan sesuatu yang tidak pernah saya lakukan di kampus sebelumnya. Ketika berkuliah
di FE Unpar, saya tidak banyak terlibat di dalam organisasi kemahasiswaan atau
kepanitiaan acara kampus. Padahal aktivitas tersebut penting karena dapat
mengembangkan soft skill; dapat
mengajarkan kita mengenai bagaimana cara menghadapi orang dengan karakter
tertentu, cara mengambil keputusan, dan cara menjadi pemimpin. Oleh sebab itu,
sejak menjadi mahasiswa Fikom Unpad, saya proaktif mencari informasi terkait organisasi
kemahasiswaan dan kepanitiaan acara kampus. Sejak saat itu, kehidupan saya
sebagai mahasiswa tidak pernah terlepas dari organisasi atau kegiatan
kemahasiswaan. Puncaknya adalah ketika saya terpilih menjadi Ketua Himpunan
Mahasiswa Manajemen Komunikasi Fikom Unpad periode 2009-2010 melalui mekanisme
Pemilu Raya Fikom Unpad.
Suatu hari, di tengah kesibukan berorganisasi dan menyusun
skripsi, melintaslah pemikiran mengenai masa depan karir saya di benak saya.
Semua itu saya tuangkan di dalam blog
pribadi saya. Saya masih ingat betul susunannya. Pertama, setelah menyelesaikan studi S1,
saya menargetkan diri untuk segera mendapatkan pekerjaan melalui program-program
akselerasi seperti Management Trainee
(MT), Graduates Development Program (GDP)
atau Officer Development Program (ODP)
yang dimiliki perusahaan-perusahaan ternama. Kenapa
harus program akselerasi? Karena melalui program ini, saya dapat mengejar dua
tahun ketertinggalan saya tadi.
Kedua, setelah beberapa tahun bekerja, saya ingin mengambil
studi magister bidang bisnis di luar negeri. Harapan saya, studi magister di
luar negeri mampu meningkatkan kapabilitas saya dalam menapaki jenjang karir
yang lebih tinggi. Ketiga, saya ingin
mencapai Top Management Level sebelum
umur 40 tahun, yang artinya paling tidak pada tahun 2026 saya sudah harus
berada di sana.
Misi pertama (dan janji saya untuk lulus cumlaude) sudah tercapai. Saat ini, saya
sedang berusaha mencapai misi kedua. Adalah berkah tersendiri ketika tengah
merencanakan studi ke luar negeri, saya diberi kesempatan mengikuti program Global Development Program (GDP): Overseas
Postgraduate Scholarship. Sebab, melalui program ini, saya selangkah lebih
dekat untuk mencapai misi kedua. Harapan saya, setelah misi kedua tercapai,
jalan terjal menuju misi ketiga akan mudah dilewati.
Dalam hal studi, saya berencana untuk mengambil gelar
MBA dengan konsentrasi Strategy &
Leadership. Saya memosisikan diri sebagai calon pemimpin BNI sepuluh tahun
mendatang. Oleh karenanya, saya harus memilih konsentrasi yang dapat menunjang
hal tersebut.
Seorang pemimpin harus visioner dan dapat merencanakan
strategi untuk selalu menjadi nomor satu di pasaran. Saat ini, saya melihat
bahwa teknologi berkembang pesat. Fakta tersebut dapat dilihat dengan mudah: semakin
banyak masyarakat yang melek teknologi. Smartphone
yang sepuluh tahun lalu masih merupakan barang langka, saat ini sudah digenggam
hampir semua masyarakat di perkotaan. Bahkan tidak sedikit yang memiliki dua
unit sekaligus.
Berdasarkan hal tersebut, saya prediksi, kontak fisik
antara nasabah dengan frontliner akan
semakin minim. Begitu pula antara pembeli dengan
penjual. Dengan demikian, digital banking
akan memiliki peran sentral dalam bisnis perbankan. Saya sangat tertarik untuk
membangun bisnis digital banking BNI
ini.
Selain digital banking,
membangun loyalitas nasabah perorangan melalui layanan transaksional perbankan
akan menjadi hal yang tidak kalah penting. Salah satu cara membangun loyalitas
nasabah adalah melalui produk-produk yang memfasilitasi kebutuhan transaksional
nasabah. Jika semua kebutuhan transaksional nasabah telah terpenuhi, loyalitas
nasabah adalah sebuah keniscayaan. Saya percaya, nantinya sumber pendapatan
bisnis perbankan tidak lagi dari Interest
Based Income, namun dari Fee Based
Income. Oleh karenanya, menjadikan BNI sebagai bank transaksional bagi nasabah
menjadi hal penting.
Melihat peluang besar di atas (berikut tantangannya
yang pasti juga besar), saya merasa bahwa sudah saatnya BNI mempersiapkan
generasi pemimpin penerus berkualitas tinggi. Saya sendiri saat ini tengah
mempersiapkan diri untuk menjadi salah satunya. Saya adalah pribadi yang mampu mengerti
arahan dengan cepat. Saya selalu bersemangat
dalam mempelajari hal baru, dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Saya mampu menetapkan skala prioritas dan bekerja
melampaui waktu normal. Saya selalu tenang dalam
menghadapi tekanan dan terbiasa bekerja dalam tenggat waktu sempit. Di sisi lain, kepribadian saya yang fleksibel dan
adaptif sangat membantu saya dalam bekerja dan berkoordinasi dengan rekan kerja.
Walaupun begitu, ada hal lain pada diri saya yang
masih perlu dikembangkan, salah satunya adalah kemampuan dalam mengambil
keputusan. Saya cenderung lamban dalam mengambil keputusan karena seringkali
menganalisis berbagai aspek terlebih dahulu. Saya juga membutuhkan waktu agak
lama untuk menyelesaikan pekerjaan karena memiliki standar tinggi. Selain itu,
saya juga sering ragu-ragu untuk menyampaikan pendapat dalam forum atau meyakinkan
rekan kerja tentang pemikiran saya. ***
No comments:
Post a Comment